SIDAMUKTI, PATIMUAN – Titik kritis tanggul di Dusun Cikadim, Desa Sidamukti, Kecamatan Patimuan, Cilacap, kini telah mencapai batas kritis.
Tanggul yang berfungsi sebagai benteng utama dari luapan air sungai ini telah terkikis parah oleh abrasi, lenyap hingga 50% dari tubuh aslinya.
Kondisi ini bukan hanya mengancam satu desa, melainkan empat desa sekaligus yang berada di lingkar bahaya, yaitu Sidamukti, Purwodadi, Patimuan, dan Rawaapu.
Kepala Desa Sidamukti, Sutrisno, yang ditemui di lokasi, mengungkapkan kecemasan warganya yang sudah mencapai puncaknya. Jika tanggul ini jebol, bencana air bah akan menimpa seluruh kawasan.
”Dampak terburuknya, bencana akan menimpa empat desa.
Kami memperkirakan akan ada kerugian besar, mulai dari korban materiil ternak, hancurnya tempat tinggal, dan ludesnya lahan pertanian yang menjadi sumber penghidupan warga,” tegas Kades Sutrisno.
BBWS ‘Tambal Sulam’, Respons Daerah Dinilai Macet
Keresahan pemerintah desa dan warga semakin dalam lantaran upaya penanganan darurat dinilai sangat tidak memadai.
Kades Sutrisno menyebutkan bahwa penanganan yang dilakukan Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Citanduy sejauh ini hanya bersifat sementara.
”Tanggul ini memang sudah ditangani oleh pihak BBWS Citanduy, akan tetapi penanganannya hanya pencegahan darurat, hanya ditutup dengan terpal atau tenda saja.
Ini tidak menyelesaikan masalah struktural, hanya menunda bencana yang lebih besar,” keluhnya.
Yang lebih memprihatinkan, Sutrisno menyoroti lambatnya tindak lanjut dari pihak Kabupaten Cilacap, meskipun isu ini telah lama diangkat.
”Kami sudah melaporkan ke banyak pihak. Dulu, perwakilan dari BPBD, Dinas PSDA, dan Komisi C DPRD Kabupaten Cilacap bahkan sudah hadir langsung meninjau ke lokasi.
Namun, sayangnya kunjungan tersebut belum diikuti dengan langkah nyata dan sinergis untuk perbaikan permanen. Seolah-olah hanya mencatat, lalu lupa,” kritik Sutrisno, dengan nada kecewa.
Ancaman Pukulan Bagi Ketahanan Nasional
Sutrisno menekankan bahwa masalah ini bukan sekadar urusan desa, melainkan isu strategis yang mengancam program pemerintah pusat.
Kerugian besar di empat desa tersebut akan menjadi pukulan telak bagi upaya Ketahanan Pangan dan Kesejahteraan Nasional.
Meskipun respons lambat, Pemdes Sidamukti tetap berupaya keras.
”Kami dari pihak Pemdes sudah beberapa kali melaporkan terkait kerusakan tanggul ini, dan hari ini juga kami akan susulkan laporan keadaan terkini.
Kami mendesak agar segera ada tindakan permanen, bukan hanya penutupan terpal,” tegasnya.
Seruan Keras: Perbaikan Permanen, Bukan Tambal Sulam!
Di akhir keterangannya, Kades Sutrisno menyampaikan seruan keras kepada pihak berwenang.
”Harapan kami sangat besar agar BBWS Citanduy segera mengambil langkah konkrit dan permanen.
Kami butuh pembangunan ulang tanggul sebelum bencana benar-benar terjadi dan merenggut harta benda serta kesejahteraan warga di empat desa ini,” tutupnya.
Redaksi”tg
