Sebuah bangunan yang tinggi menjulang, dasar kekuatannya adalah pada fondasi yang kuat dan kokoh. Tanpa fondasi yang kuat dan kokoh mustahil sebuah bangunan bisa berdiri tegak, bahkan menjulang ke udara. Kekuatan dasarnya adalah pada fondasi. Fondasi mungkin tak terlihat karena tertutup oleh elemen-elemen lain di sebuah bangunan, namun fondasi menjadi “sebab” dari adanya sebuah bangunan. Ia ada meski tak terlihat atau terasakan keberadaannya.
Maka begitu pula adanya pelatih pembina pramuka; menjadi sesuatu yang utama di dalam pembentukan masa depan kepramukaan. Apa yang diucapkan oleh seorang anggota pramuka adalah rangkaian huruf yang disusun oleh para pelatih pembina pramuka, apa yang dilakukan oleh seorang anggota pramuka adalah rangkaian gerak yang diajarkan oleh para pelatih pembina pramuka. Tentu saja itu sebatas pada hal-hal yang bersifat positif. Sebab pelatih pembina pramuka sama sekali tak mengajarkan ucapan yang buruk, tak pernah pula menuntun gerak langkah yang salah. Jika saja ada hal keliru yang diucapkan atau dilakukan oleh seorang anggota pramuka tentulah bukan karena sebab diajarkan oleh para pelatih pembina. Pada sebuah analogi yang sederhana maka dapatlah dikatakan bahwa pelatih pembina menjadi akar bagi tumbuhnya sebuah pohon. Pohon akan mudah tumbang karena akar yang rapuh, sebaliknya pohon akan berdiri tegak karena akar yang kuat.
Seberat itukah beban yang harus dipikul oleh seorang pelatih pembina pramuka? Jawabannya adalah dua; pertama ya, jawaban kedua adalah tidak. Menjadi role models, menjadi acuan, menjadi panutan, mungkin memang berat bagi seseorang yang hidupnya penuh kamuflase, yang setiap waktunya diisi oleh pikiran dan tindakan yang bersifat tidak jujur. Segala hal baik menjadi beban yang berat untuk diucapkan dan dijalani. Maka pada point inilah beban yang harus disandang oleh pelatih pembina pramuka bagaikan sesuatu yang berat dan tak tertahankan untuk diletakkan di pundak.
Jika bicara tentang kekuatan dan ketangguhan seorang pelatih pembina pramuka, maka pembicaraan itu juga mau tak mau akan sampai kepada pembicaraan tentang sisi moralitas atau mentalitas. Sebab memang kekuatan atau ketangguhan itu bukan hanya bersifat fisik tetapi juga menyangkut soal psikis. Bahkan pada pembicaraan lanjutkan akan sampai juga di soal akal atau pemikiran. Sebab itulah keniscayaan pembicaraan soal diri manusia. Sebagai seorang manusia — terlebih jika ia bertugas mengajar — maka terlebih dahulu ia dituntut untuk berlaku baik atau benar, secara ucapan atau perbuatan. Itu konsekwensi logis yang harus diterima oleh pengajar atau pelatih.
Hal seperti itulah yang dituntut kepada para pelatih pembina manakala mereka telah melaksanakan Inaugurasi Kursus Pelatih Pembina Pramuka Tingkat Dasar (KPD) dan Kursus Pelatih Pembina Pramuka Tingkat Lanjut (KPL) Gerakan Pramuka Kwarda DKI Jakarta, tahun 2024 di Aula Pusdiklatnas Cibubur, Jakarta Timur, pada hari Minggu, 21 Juli 2024 lalu. Sebuah tuntutan yang selayaknya memang dipahami oleh para pelatih pembina, baik pada tatanan hati dan pikiran, mau pun pada perbuatan yang nyata. Sebab masa depan Gebrakan Pramuka ada di tangan para pelatih pembina. Merekalah fondasi awal dari terbangunnya Gerakan Pramuka yang tangguh, bermoral, berintegritas dan menjadi kebanggaan bangsa. Tanpa pelatih pembina yang ideal maka sulit diharapkan akan lahir anggota-anggota pramuka yang ideal pula. Dalam bahasa yang sederhana maka dapatlah dikatakan bahwa pelatih pembina pramuka adalah fondasi bagi terbangunnya masa depan kepramukaan. KBP(P) DR (C)M.ZARKASIH,SH,MH/ Kapusdiklatda DK Jkt/ Pembina Komenwa Indonesia/ Advokat Indonesia
Red”