Gerakan Pramuka Kwartir Daerah Jakarta akan mengadakan musyawarah daerah (musda) pada tanggal 4 Mei 2024. Sebuah kegiatan yang sangat penting bagi perjalanan dan perkembangan organisasi Pramuka DKI Jakarta. Tentu saja banyak hal yang akan dibahas pada musda tersebut, termasuk di antaranya adalah soal pemilihan Ketua Kwarda yang baru. Sebagaimana kegiatan musda, munas, kongres atau apa pun yang sejenis, isyu tentang pemilihan ketua dan pengurus Kwarda sangat menyita perhatian, bahkan menjadi isyu utama yang dibicarakan, meski pun itu tidak berarti mengesampingkan isyu-isyu atau tema-tema lain yang juga tak kalah penting, misalnya program kerja organisasi dan lainnya.
Pramuka Kwarda Jakarta memang telah beberapa waktu kehilangan ketua, setelah Ka kwarda Pramuka DKI Fajar Panjaitan meninggal dunia pada bulan Februari 2024 lalu. Sepeninggal Alm.Fajar Panjaitan, maka Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DKI Jakarta Isnawa Adji yang kemudian terpilih menjadi Ketua (PAW) Kwartir Daerah Gerakan Pramuka DKI Jakarta. Karena di bulan Mei ini akan diadakan Musda, maka tentu saja sangat wajar jika ada agenda pemilihan Kakwarda baru.
Adalah hal yang wajar juga di dalam menjelang pemilihan ketua baru lalu bermunculan nama-nama yang digadang sebagai calon ketua. Memang setiap orang memiliki hak yang sama untuk ikut di dalam konteks memilih dan dipilih. Masalahnya tinggal apakah setiap bakal calon yang mengajukan diri atau diajukan memiliki kapasitas dan kapabilitas yang mumpuni untuk bisa memimpin Gerakan Pramuka Kwarda DKI untuk periode 2024-2029 Persoalannya bukan hanya sekedar “mau atau tidak mau” tetapi yang paling utama adalah, apakah seseorang yang digadang sebagai bakal calon ketua itu mampu membawa organisasi untuk lebih berkembang lagi. Jika titik beratnya di hal yang demikian, maka ada beberapa hal yang harus dipertimbangkan, bukan lagi menyangkut soal personal.
Sebuah organisasi di Indonesia secara umum memang “diharuskan” memiliki kedekatan hubungan dengan birokrasi, baik secara personal mau pun kelembagaan. Hubungan tersebut terutama berhubungan demgan berjalannya roda organisasi, baik itu berkaitan dengan hal-hal yang bersifat administratif mau pun finansial. Kemandiran organisasi — terlebih pada organ-organ cabangnya — memang secara mayoritas masih belum terlihat kuat. Ketika kepengurusan pusat kurang mampu memenuhi sepenuhnya kebutuhan kepengurusan cabang di daerah maka kerjasama dengan birokrasi adalah sebuah solusi yang kerapkali dilakukan.
Kwartir Daerah DKI pun selayaknya memiliki kerjasama secara formal atau informal dengan birokrasi, dalam hal ini adalah Pemerintah Daerah Jakarta. Secara formal, adalah menjalin interaksi dengan pemda di dalam kegiatan, sementara secara informal adalah mendudukkan kalangan birokrat sebagai pengurus. Hal kedua ini dimaksudkan agar kerjasama dengan birokrasi bisa berjalan lancar. Akan lebjh baik lagi jika pengurus dimaksud adalah dalam posisi ketua.
Selain alternatif memilih ketua dari kalangan birokrasi, rasanya perlu juga bicara soal regenerasi di dalam organisasi. Tantangan yang makin besar, pastilah membutuhkan sosok yang memiliki energi dan pemikiran yang sejalan dengan perkembangan zaman itu. Selain itu, seperti kita ketahui bersama, gambaran baik sebuah organisasi salah satunya adalah dari bagaimana organisasi itu mampu melakukan regenerasi di dalam kepengurusan.
Regenerasi pasti tidak dimaksudkan untuk menafikan eksistensi para senior, sebab bagaimana pun para senior memiliki andil yang kuat di dalam membesarkan organisasi. Namun alangkah baiknya jika para senior melebarkan fokus pengabdian dan perhatiannya ke wilayah yang lebih tinggi, misalnya di Kwarnas. Sementara pada level Kwarda tetap dijadikan kawah candradimuka bagi munculnya sosok-sosok baru yang memiliki kompetensi yang kuat. Di Kwarda Jakarta, potensi itu besar sekali. Ada banyak para pelatih muda yang sanggup mengemban tugas mulia di organiasi kwarda daerah.
Hal lain yang kiranya menjadi pegangan bagi semua peserta Musda Kwarda DKI kali ini adalah, bagaimana musyawarah daerah menjadi ajang silaturahim. Bukan saja silaturahim dalam konteks hubungan antar pengurus dsm anggota, tetapi secara lebih jauh adalah silaturahim semangat kemajuan. Setiap individu memiliki semangat bagi kemajuan organisasi, maka semangat itu perlu dipersatukan di dalam jalinan silaturahim. Kenapa hal ini dianggap penting, karena jika semangat kemajuan itu tidak dipersatukan di dalam tali silaturahim maka ada kemungkinan akan timbul persaingan atau kompetisi di dalam organisasi yang cenderung kurang sehat dan berpotensi melambatkan gerak roda organisasi.
Kepada semua yang hadir dalam Musda Kwarda DKI kali ini, selamat menjalankan musyawarah. Semoga musda ini mampu menghasilkan keputusan-keputusan terbaik bagi insan Pramuka khususnya dan umumnya bagi Indonesia. *M.ZARKASIH*/ *PELATIH PEMBINA KWARCAB JAKBAR*