November 24, 2024
IMG-20240627-WA0266

Saat memaparkan Implementasi dan Pengembangan Pertahanan Pulau – pulau Besar (Khususnya Kalimantan) Dalam Perspektif Potensi Kewilayahan”* yang diselenggarakan oleh Direktorat Jenderal Strategi Pertahanan Kemenhan RI dalam rangka Penyusunan Kepmenhan tentang Pedoman Implementasi dan Pengembangan Pertahanan Pulau – pulau Besar.

Kegiatan dilaksanakan di Aula Makodam VI/ Mulawarman, Balikpapan – Kalimantan Timur pada hari Kamis, tanggal 27 Juni 2024. Acara dibuka oleh Dirjend Strahan Kemhan Mayjend. TNI Ujang darwis, MDA. Narasumber lainnya Dirjakstrahan Brigjen. TNI Immer HP Butarbutar dan Aspotwil Kogabwilhan II Brigjen. TNI M. Hasyim Lalhakim SE, MM, MSc. Adapun peserta terdiri dari Kogabwilhan II, Kodam VI/Mlw, Korem 091/Asn, Lanal Balikpapan, Lanud Dhomber, Pemprov Kaltim (Bappeda, Dinas PUPR, dan Kesbangpol), dan Kanwil ATR/BPN Kaltim.

Adanya perubahan Perkembangan Iingkungan Strategis (BangIingstra) maka akan merubah bagaimana strategi suatu negara untuk mencapai tujuan nasionaInya (Ditjen Strahan Dephan RI, 2008) demikian puladengan Indonesia. perkembangan Iingkungan strategis merupakan pertimbangan sangat penting daIam berbagai perumusan kebijakan bidang Iuar negeri (foreign-affair poIicy), pertahanan (defense) dan keamanan nasionaI (nationaI security).

Pertahanan pulau-pulau besar (P3B) dan kompartemen strategis (komstrat) diletakan pada kesamaan doktrin dasar – defensif-aktif, pertahanan berlapis, perang rakyat dan perang gerilya/berlarut. Namun, komstrat kerap dipahami identik pada Kodam, sebaliknya P3B relatif terabaikan seiring perubahan – perubahan doktrin sejak 1966. Implementasi P3B sesuai Jakum Hanneg 2020 – 2024 membutuhkan redefinisi P3B yang terfokus pada integrasi kekuatan dibawah satu komando di pulau besar dengan dishamoni-paradigmatik atas Kogabwilhan. Hal ini mengakibatkan polarisasi pemikiran atas Kodam dihadapkan P3B, komstrat, dan Kogabwilhan.

Untuk menentukan kebijakan lebih lanjut, baik terkait dengan desain arsitektur dan konstruksi pertahanan yang ideal di pulau – pulau besar dan strategis tentu diperlukan kajian lebih mendalam yang berbasis analisis teoretis, baik gelar, center of gravity (COG), komando dan kendali, hingga strategi dalam operasi militer.

Implementasinya tentu tidak mudah, karena pasti ada kendala – kendala yang dihadapi sebagai sebuah fakta di luar konteks asumsi – asumsi, misalnya kendala substantif sebagai input dalam sinkronisasi ditandai pengorganisasian kekuatan Kodam-Kodam belum terstruktur sebagai COG, diskrepansi gelar dalam wilayah pertahanan dan kevakuman siskodal P3B, hingga terbatasnya sistem senjata jarak jauh. Ditambah aspek proses sinkronisasi yang dipengaruhi disposition of power, dan nature of power dalam interrelasi antara Kemhan, Mabes TNI dan TNI AD, yang membuat sulitnya perubahan besar dalam implementasi P3B.

Strategi pertahanan pulau-pulau besar merupakan strategi pertahanan yang berfokus pada pelibatan seluruh elemen bangsa untuk secara mandiri menyelenggarakan pertahanan negara.
Dalam rangka mewujudkan strategi tersebut, maka diperlukan adanya kebijakan pemberdayaan wilayah pertahanan yang berfokus pada tiga poin penting dalam strategi pertahanan pulau-pulau besar, yaitu :
1) Penyiapan kawasan sebagai mandala pertahanan
2) Penyiapan wilayah pertahanan untuk menjadi pusat logistik
3) Mewujudkan kemampuan komando dan pengendalian yang efektif

Semoga bermanfaat. Aamiin YRA

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *